Selasa, 04 Januari 2011

Waktu GMT

Oleh : Manik Priandani
Bontang


Awalnya aku tidak begitu perhatian perihal (pembagian) waktu, terutama yang menyangkut wilayah lain selain WIB, WITA, ataupun WIT di Indonesia. Sebenarnya sudah sempat melihat konversi atau kondisi waktu secara sepintas di google saat aku browshing mencari kode wilayah suatu daerah di suatu negara. Aku baru merasa harus tahu benar perihal ini agar kejadian yang bagiku tidak sopan, dan membuatku tak enak hati ini tidak terulang.

Begini ceritanya...saking semangat dan kangennya dengan sahabat dekatku di SMA, maka aku lupa mengingat secara cermat kondisi waktu di tempat temanku berada nun jauh di sana. Aku pakai metode hantam kromo saja, karena merasa terbiasa bertelpon ria dengan Oom yang berada di wilayah Timur USA. Pamanku bertempat tinggal di Lancaster, Philadelphia, Pennsylvania dan jam 21.00 WITA sama dengan jam 08.00 pagi waktu PA, maka aku nelpon pada jam yang sama ke Seattle.

”Hallo.......Assalamu’alaikum....”, demikian sapa penuh semangat dariku setelah nada dering tersambung. Namun di sana seakan menerima dengan setengah heran mendengar suara telponku. Ada apa ini. Untung nalar segera menuntunku untuk menanyakan, jam berapa sekarang di sana. Jam 04.00 pagi!!!! Duar...maluku bukan main. Aku sampai meminta maaf berulang-ulang ke temanku....buyarlah semangat ngobrol dan kangenan dengan my sohib itu . Dan bagaimana bisa seru wong dia aku bangunin di tengah pagi. Dan setelah aku lihat di internet, matahari baru muncul di Seattle jam 07.58 a.m., artinya di sana biasa bangun untuk sholat Subuh ya sekitar satu jam sebelum itu. Sedangkan matahari baru terbenam di jam 04.48 pagi...wahhh...aku membangunkan tidur temanku dengan sempurna!

Aku merasakan hal yang sama (dibangunin tengah malam) oleh Bapak Ibu saat beliaunya selesai melaksanakan sholat Asar di Masjid Nabawi saat menjalankan Ibadah haji. ”Kriiiinggg.....kriinggg.....”, berulang-ulang, suara dering ini membangunkanku dari lelap tidur dan mimpiku di sekitar jam 01.00 malam. Walau senang, tetapi saat itu sempat kehilangan orientasi dan konsentrasi. Apalagi Ibu menegurku : ”Ada telpon kok nggak diangkat-angkat.....!”. Ho..ho...ho...Aku membayangkan bagaimana perasaan sobatku saat menerima telponku di tengah pagi itu.

Bicara soal perbedaan waktu, sampai sekarang aku masih terheran-heran dengan waktu bagian Nepal yang selisihnya tidak bulat dengan Waktu di Indonesia. Bedanya mereka adalah -2,25 jam terhadap WIB. Lha kok pakai seperempat segala. Semakin penasaran saja aku soal waktu ini!

Omong-omong soal perbedaan waktu di dunia ini juga membuat aku dan dua orang teman hampir tidak bisa balik ke Indonesia. Ini ada hubungannya dengan jadwal perjalanan dinas yang diatur oleh Sekretaris kami yang notabene belum pernah pergi ke belahan bumi yang lain. Artinya, pengaturan tanggal dan waktu berdasarkan waktu dan tanggal di Indonesia. Padahal kami melakukan perjalanan hingga lebih dari separoh bulatan dunia ini. Memang jadi aneh dan sangat kaget, saat kami sampai di Bandara Los Angeles dan dikatakan oleh petugas tiketing Bandara, bahwa kami seharusnya datang kemarin, karena kami pesan pesawat hari kemarin, bukan hari itu. ”Wah, enggak ah....kami merasa hitungan kami tepat. Kami di LA-nya hanya 3 hari!".

Kami bertiga sempat berdebat sendiri, namun akhirnya ketahuan bahwa waktu Jakarta lebih cepat setengah hari ke depan, dan konyolnya kami tidak melihat tanggal di tiket pesawat, hanya melihat jadwal hari dan jam yang telah disiapkan oleh sekretaris. Harusnya kami hanya berada di LA 2 hari saja! Untunglah pegawai Bandara LA sangat baik dan membantu. Kami dibantu dengan ditelponkan ke Maskapai yang terkait, dan dengan gigih Mrs. Cantik namun sudah berusia baya ini memberikan alasan persis seperti yang kami ceritakan. Sampai sekarang saya merasa sangat berhutang budi pada Si Mam yang baik dan ramah itu. Kalau tidak kami menjadi tunawisma di negara orang....Dan salah satu hikmah yang aku dapat adalah bahwa tidak semua orang Amerika seperti yang diberitakan atau dikhawatirkan menyikapi setengah hati kepada perempuan berjilbab sepertiku atau orang Indonesia seperti kami.

Perbedaan waktu selain mengakibatkan jet lag, sering membuatku bingung. Terutama soal menentukan waktu sholat. Contohnya saat terbang dari Bandara Soetta ke Bandara Incheon, Korea Selatan. Kami berangkat di malam hari dari Jakarta (UTC+7), belum apa-apa sudah sampai di atas udara Incheon (UTC+9) dan matahari sudah bersinar terang. Akhirnya saya cepat-cepat sholat Subuh di pesawat...walau ada rasa bersalah karena aku yakin sebenarnya waktu sholat Subuh sudah lewat.

Apalagi bila kita pergi ke negeri yang jauh dengan perbedaan waktu yang mencolok, berpindah-pindah tempat dan hanya sebentar. Wah...badan ini benar-benar terasa remuk redam. Sementara badan terasa lelah, dan mata mengantuk, tetapi matahari bersinar terang dan kesibukan terlihat di depan mata....duh!

Soal perbedaan waktu satu jam saja kadang membuat kenyamanan terganggu, contohnya karena berkantor di Bontang yang termasuk wilayah waktu Indonesia Bagian Tengah, sedangkan kantor pusat kami ada di Jakarta yang masuk ke wilayah Waktu Indonesia Bagian Barat. Pada saat istirahat makan siang, jam 12.00 WITA di Bontang, di Jakarta masih jam 11.00 WIB, pas semangat-semangatnya orang bekerja di sana. Sementara di Bontang juga pas semangat untuk beristirahat makan siang. Akhirnya semangat loyalitas-lah yang maju ke depan saat teman-teman di Jakarta memerlukan data atau bahkan mengajak diskusi untuk menyelesaikan pekerjaan. Demikian juga dengan waktu bubaran kantor; kadang harus siap menunggu hingga semua pekerjaan selesai. Batasan waktu masuk dan pulang untuk era saat ini memang sudah tidak populer. Flexi time-lah yang paling cocok.

Akhirnya aku berusaha untuk tahu dengan mengintip Wikipedia untuk mensiasati diri dan tubuh ini, maupun untuk menghindari kesalahan dan mengetahui waktu yang tepat saat kita ingin bekerja sama atau berkomunikasi dengan teman, kolega, atapun saudara di wilayah berbeda lewat telpon atau ponsel.

Bahwa UTC adalah singkatan dari Coordinated Universal Time atau Waktu Universal Terkoordinasi disebut juga Waktu Zulu yaitu perwujudan dari waktu atom dari Waktu Universal (UT) atau Waktu Greenwich (GMT). Waktu ini menjadi dasar dari waktu sipil. Zona waktu di seluruh dunia ditampilkan sebagai tambahan positif atau negatif dari UT. Beda UTC dari Waktu Atom Internasional adalah sejumlah beberapa detik genap (bukan pecahan), sesuai dengan waktu yang dihitung oleh jam atom. Beda UTC dari UT hanya sepersekian detik.

Waktu Indonesia bagian Barat (WIB) sama dengan UTC+7. Sedangkan Waktu Incheon, Korea Selatan = UTC+9, sedangkan waktu Seattle, Washington, USA adalah UTC-8. Waktu Indonesia bagian Tengah (WITA) sama dengan UTC+8. Artinya bila di Jakarta jam 7 malam (19.00 WIB), di Bontang jam 8 malam ( 20.00 WITA), di Incheon sudah jam 9 malam (21.00), sedangkan di Seattle, USA waktu menunjukkan jam (12.00 – 08.00) = 04.00 pagi!.

Dan Bumi-pun terus berputar, waktu terus berjalan, dan semuanya menjadi relatif.....karena kita lebih muda setengah hari waktu di New York, dan kembali menjadi tua setelah sampai di Jakarta. Yang absolut hanyalah DIA....Allah Yang Maha Tinggi, Yang Maha Besar, Yang Maha Menghitung, Yang Maha Mengatur, Yang Maha Mencipta, Yang Maha Tahu, dan Yang Maha Bijaksana.


Bontang, MP, 04 Januari 2011