Selasa, 08 Januari 2008

MAKANAN FAVORIT

Kata ibuku waktu kecil aku paling doyan makan makanan dari jenis kacang-kacangan dan biji-bijian, setelah agak besar menyukai makanan yang mengenyangkan (roti, gethuk, jagung, dsb) dan semua jenis coklat. Aku akan senang sekali kalau ibu membuat roti manis atau gethuk lindri, apalagi kalau berisi atau berasa coklat. Pelahap terbanyak adalah aku.
Begitu suka dan pengennya aku dengan coklat, Ibu-ku pernah menanyakan ke aku waktu aku masih sekolah dulu : ”Apa yang akan kau beli pada saat kau menerima gaji pertamamu?”. ” Aku mau membeli semua coklat....yang ada di toko sana!”. Yah pada waktu itu membeli sebatang coklat sama dengan menghambur-hamburkan uang, padahal aku sangat suka dengan makanan yang manis dan beraroma enak itu. Alhamdulillah, adikku tahu kesukaan kakaknya. Pada waktu Ultah-ku dia menghadiahiku sebatang coklat yang dibungkus rapi (dari simpanan uang jajan tentunya!). Terharu aku jadinya......
Kegemaran makan coklat terpuaskan saat ada tugas ke Eropa. Karena di setiap penerbangan dari kota ke kota makanan kecilnya adalah coklat yang lezat dan bentuknya lucu-lucu. Dan di sana banyak toko yang menjual coklat yang enak-enak. Dan yang tak kalah senengnya, aku selalu mendapat oleh-oleh coklat dari suami bila dia bertugas ke manapun.
Lain dengan adikku yang suka sekali dengan makanan yang sangat asam, sangat pedas, atau sangat asin dan juga makanan yang namanya bakso!. Adikku ini ”nurun” dari Ibu ataupun Mbah Putri-ku yang sangat suka sekali makanan sangat asam. Coba apa oleh-oleh yang paling disukai Mbah Putri-ku (yang sekarang sudah berusia hampir 90 tahun) : langsep! (langsat ; sejenis duku yang sangat asssaamm!).
Soal berburu makanan favorit jadi terlihat tidak masuk akal dan over acting. Namun itu terjadi pada adikku. Semua penjual bakso yang pernah dilihatnya, pasti pernah dia rasakan ”produk bakso”-nya. Sewaktu SMA, ketika kami berjalan-jalan ke kampung sebelah, dan di suatu gang kami melihat rombong bakso yang parkir di depan sebuah rumah. Oh kiranya memang empunya berjualan bakso di depan rumah. Langsung tanpa ba bi bu adikku berhenti untuk membelinya. Penjualnya tidak terlihat di balik rombong, namun kami melihat seorang ibu yang sedang menceboki anaknya sehabis pup. ”Sebentar mbak ya...”, kata Ibu tersebut sambil berjalan menuju ke rombong bakso tersebut sementara anak laki-laki kecilnya dibiarkan telanjang tidak bercelana. Langsung saja ibu itu mengambil mie dengan tangannya, dan menyiapkan dua bungkus bakso pesanan adikku. Aneh bin ajaib, di rumah, adikku makan bakso dengan lahap dan tidak sakit perut (dan tidak ada kekhawatirkan sama sekali soal kebersihan tangan si penjual!)!
Pada saat lebaran beberapa tahun lalu kami berkumpul di rumah orang tua dan saat itu adikku sedang hamil dengan usia kehamilan mendekati 9 bulan. Tiba-tiba saja dengan cueknya dia menaiki sepeda balap keluar rumah. Kami serempak bertanya : ” Mau ke mana?”. ”Nyari bakso di dekat pasar!”, kata adikku langsung kabur dengan sepeda balap itu (karena tahu suaminya pasti menolak diajak beli bakso karena selain hari lebaran waktu itu sudah jam 8 malam dan pilihan warungnya suka-suka adikku!).
Waktu aku bertempat tinggal di Bandung, tiba-tiba adikku sudah mengetuk pintu rumah jam 07.30 pagi. Aku kaget banget! Lho ngapain ke Bandung sendirian (rumah adikku di Jakarta)? Apa jawabnya : ” Aku kangen banget sama bakso di jalan.....(di Bandung). Pagi-pagi tadi aku pamit ke suamiku dan langsung berangkat dan mobilku aku parkir di UI, Depok. Naik KA JABOTABEK, lalu naik KA Parahyangan. Sampailah sekarang di sini! Aku ikut Mbak kalau Mbak ke kampus dan aku minta diturunin di Warung Bakso itu ya!..”. Apa yang terjadi? Setelah selesai makan dan membawakan aku oleh-oleh rujak manis, dia minta diantar ke stasiun untuk balik ke Jakarta! Satu lagi soal keranjingannya dengan bakso, dia juga mau bela-bela’in naik sepeda motor berboncengan dengan Pakdhe kami dari Yogyakarta ke Magelang PP untuk mencari bakso yang menurut Pakdhe kami enak (dia ikut suaminya yang sedang rapat di Yogyakarta dan dia kebingungan di Hotel sendiri). Dan hingga kini tidak bosan-bosannya dia berburu bakso. Sekalipun issue formalin atau boraks sedang in, dijamin tidak mempengaruhi pendapat adikku tentang bakso!
Soal makan yang kecut-kecut dia juga jagoan. Kedondong asem, asinan mangga muda, rujak, ataupun jenis makanan yang asam-asam pasti tidak lupa dia beli untuk dia makan dan sebagai persediaan. Bahkan waktu (ikut suami) bertugas ke Bangkok, dia menyempatkan diri mencari rujak, ”eunak tenann!!!”, katanya. Walau kemudian dia melihat sendiri bagaimana penjual mengulek bumbu yang salah satunya konon adalah yu-yu (Jw : semacam kepiting yang hidup di rawa) kecil-kecil. Soal kebiasaan adikku ini, Ibu kami berkomentar : ”Itu namanya nggak suka lagi, tapi (maaf) nggragas (Jw : rakus)!”.
Soal hobby juga berpengaruh terhadap makanan favorit seseorang. Kakakku punya hobby memancing sekaligus suka sekali dengan ikan (hasil pancingannya). Memancingnya tidak sekedar di kolam atau empang, tetapi di sungai-sungai atau di laut. Kalau sudah usai memancing, pasti kepis (Jw : tempat ikan terbuat dari anyaman bambu)-nya akan penuh dengan berbagai jenis ikan. Selain jago memancing kakakku juga jago mengolah ikan hasil pancingannya. Dia sangat menikmati dan menyukai semua ikan hasil olahannya. Bagaimana dengan kami? Wah..., kami akan memilih yang lain bila ada pilihan (sttt...sampai sekarang harusnya masih jadi rahasia)!. Dan itu masih berlaku hingga saat ini. Di mana ada kakakku, di situ ada masakan ikan hasil pancingannya!.
Anakku lain lagi. Apa saja yang yang dicampur dengan keju dia suka sekali. Dari macaroni schottle banyak keju, telur dadar atau telur ceplok tabur keju. Jadi namanya keju adalah makanan yang selalu ada di lemari pendingin. Kepepetnya tidak ada apa-apa, nasi hangat diparutin keju, beres sudah!. Namun Mbak yang membantu di rumah sempat berkomentar : ”Makanan jaman sekarang aneh-aneh ya Bu, mosok makanan asin-asin gitu disukai. Saya kok nggak suka, saya pernah mencoba..., mau muntah karena eneg Bu!”.
Cerita-cerita tentang makanan favoritku selain coklat, pernah sewaktu aku sudah berstatus mahasiswa, aku pernah sakit selama tiga hari tidak sembuh-sembuh walau sudah dibawa ke dokter dan minum obat. Akhirnya Ibu bertanya padaku : ” Pengen makan apa biar cepat sembuh?”. Jawabku : ” Pengen singkong rebus...”. Setelah makan singkong rebus, esoknya aku benar-benar sembuh dan dapat berangkat kuliah lagi. Dasar anak ....singkong!!!.

Dhanny (Manik Priandani). Ini juga ditulis di awal tahun 2006.

3 komentar:

hakim mengatakan...

Waduh, jadi pengen makan baksonya.... Tuh orang gokil banget. Bela-belain nge-bakso ke Bandung hanya untuk penthol bakso.Kesimpulannya, bakso bisa jadi candu kayak alkohol dan shabu-shabu, hehe........Met berkarya, Mbak...! Tx dah mampir ke blog-ku. Tx juga komennya.

tyta mengatakan...

Assalamualaikum..
Hai mba... yang rajin menulis...
hari libur begini mba sedang apa?
Yang pasti sedang meluangkan waktu dengan persiapan coklat yang cukup untuk dinikmati ya mba...

Ok mba, selamat berkarya dan terus bermimpi ya...
oh iya, jangan sampe sakit, karena kalo sakit, saya harus mencari singkong rebus he he...

salam,

Manik Priandani mengatakan...

Terima kasih Pak Hakim dan (dik) Tyta. Sorry aku masih pemula. Belum tahu aturan yang benar bagaimana menjawab komentar. Namun aku seneng banget karena blog-ku telah dikunjungi dan dibaca-baca. 'ma kasih berat. Jangan sungkan-sungkan membuka-buka blogku. Sampai ketemu dicerita atau artikel santai yang lain.